MEDIA INFORMASI

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYIMPANGAN SEKSUAL



A. Pengertian
Sek merupakan kegiatan fisik, sedangkan seksualitas bersifat total, multi-determined dan multi-dimensi. Oleh karena itu seksualitas bersifat holistik yang melibatkan aspek biopsikososial kultural dan spiritual
B. Proses Perkembangan Kesadaran Diri terhadap Seksualitas.
Tingkat kesadaran diri perawat terhadap seksualitas mempunyai dampak langsung pada kemampuannya melakukan intervensi keperawatan, menurut Stuart & Sundeen (1995), empat tahap proses kesadaran diri meliputi :


1. Tahap Ketidaksesuaian Kognitif.dapat diatasi dengan :
  • Menghindari tangguang jawab profesional dan tetap berpegang pada keyakinan pribadi
  • Memeriksa fakta bahwa seksualitas merupakan bagian integral dari keadaan manusia
2. Tahap Ansietas :
  • Perawat mengalami ansietas, rasa takut dan syok
  • Perawat menyadari bahwa semua orang mengalami ketidakpastian, merasa tidak aman, bertanya-tanya dan bermasalah yang berkaitan dengan seksualitas
3. Tahap Marah :
  • Kemarahan umumnya ditujukan pada diri sendiri, klien dan masyarakat
  • Perawat mulai mengakui bahwa masalah yang berkaitan dengan seks dan seksualitas bersifat emosional
4. Tahap Tindakan :
  • Pada tahap terakhir ini, perasaan marah mulai berkurang
  • Perawat mulai menyadari bahwa menyalahkan diri sendiri atau masyarakat karena ketidaktahuannya, tidak akan membantu klien dengan masalah seksualnya
Dengan memahami ke empat tahap perkembangan kesadaran perawat tentang seksualitas, akan memudahkan dan memungkinkan perawat untuk menjalankan empat tugas utamanya sebagai perawat berkaitan dengan yang dikemukakan oleh Johnson, 1989 yaitu :
  1. Berpengetahuan tentang seksualitas dan norma masyarakat
  2. Menggunakan pengetahuan tersebut untuk memahami perbedaan antara perilaku dan sikap orang lain dengan diri sendiri sebagai akibat dari pengaruh sosial budaya
  3. Menggunakan pemahaman ini untuk membantu adaptasi klien dan keadaan sehat yang optimal
  4. Menyadari dan merasa nyaman dengan seksualitas diri sendiri
C. Faktor yang Mempengaruhi Seksualitas
1. Pertimbangan Perkembangan
:
  • Proses perkembangan manusia mempengaruhi aspek psikososial, emosional dan biologik kehidupan yang selanjutnya akan mempengaruhi seksualitas individu
  • Hanya aspek seksualitas yang telah dibedakan sejak fase konsepsi
2. Kebiasaan Hidup Sehat dan Kondisi Kesehatan :
  • Tubuh, jiwa dan emosi yang sehat merupakan persyaratan utama untuk dapat mencapai kepuasan seksual
  • Trauma atau stress dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk melakukan kegiatan atau fungsi kehidupan sehari-hari yang tentunya juga mempengaruhi ekspresi seksualitasnya, termasuk penyakit
  • Kebiasaan tidur, istirahat, gizi yang adekuat dan pandangan hidup yang positif mengkontribusi pada kehidupan seksual yang membahagiakan
3. Peran dan Hubungan :
  • Kualitas hubungan seseorang dengan pasangan hidupnya sangat mempengaruhi kualitas hubungan seksualnya
  • Cinta dan rasa percaya merupakan kunci uatama yang memfasilitasi rasa nyaman seseorang terhadap seksualitas dan hubungan seksualnya dengan seseorang yang dicintai dan dipercayainya
  • Pengalaman dalam berhubungan seksual seringkali ditentukan oleg dengan siapa individu tersebut berhubungan seksual
4. Konsep Diri :
  • Pandangan individu terhadap dirinya sendiri mempunyai dampak langsung terhadap seksualitas
5. Budaya, Nilai dan Keyakinan :
  • Faktor budaya, termasuk pandangan masyarakat tentang seksualitas dapat mempengaruhi individu
  • Tiap budaya mempunyai norma-norma tertentu tentang identitas dan perilaku seksual
  • Budaya turut menentukan lama hubungan seksual, cara stimulasi seksual dan hal lain terkait dengan kegiatan seksual
6. Agama :
  • Pandangan agama tertenmtu yang diajarkan, ternyata berpengaruh terhadap ekspresi seksualitas seseorang
  • Berbagai bentuk ekspresi seksual yang diluar kebiasaan, dianggap tidak wajar
  • Konsep tentang keperawanan dapat diartikan sebagai kesucian dan kegiatan seksual dianggap dosa, untuk agama tertentu
7. Etik :
  • Seksualitas yang sehat menurut Taylor, Lilis & Le Mone (1997) tergantung pada terbebasnya individu dari rasa berssalah dan ansietas
  • Apa yang diyakini salah oleh seseorang, bisa saja wajar bagi orang lain
D. Penyimpangan Perilaku Seksual
  1. Transeksualisme : Rasa tidak nyaman yang menetap dan adanya ketidakwajaran seks dengan preokupasi yang menetap (sedikitnya untuk 2 tahun) dengan menyisihkan karakteristik seks primer dan sekunder dan memperoleh karakteristik lawan jenis
  2. Gangguan identitas jender pada masa kanak-kanak, remaja dan dewasa : Tekanan yang kuat dan menetap mengenai status sebagai laki-laki atau perempuan dengan keinginan yang kuat untuk berjenis kelamin lawan seks dan penanggalan struktur anatomis individu
  3. Pedofilia : terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain yang melibatkan seorang anak atau lebih yang berusia 13 tahun kebawah
  4. Eksibisionisme : Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain dengan memamerkan genitalnya kepada orang asing/orang yang belum dikenal
  5. Sadisme Seksual : Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain yang menimbulkan kesakitan yang nyata atau stimulasi psikologis dan penderitaan fisik
  6. Masokisme Seksual : terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan ,fantasi atau rangsangan lain yang melibatkan penghinaan, pemukulan, pengikatan atau hal-hal lain yang sengaja dilakukan untuk menderita
  7. Voyeurisme : terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsunag selama 6 bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain yang melibatkan pengamatan terhadap orang-orang yang telanjang, sedang menanggalkan pakaian atau sedang melakukan kegiatan seksual tanpa diketahui mereka
  8. Fetisisme : terjadi hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selama 6 bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantsi atau rangsangan lain dengan menggunakan objek mati
  9. Fetisisme Transvestik : Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berlangsung selam 6 bulan, antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain dengan menggunakan pakaian orang lain
  10. Frotterurisme : Terjadinya hubungan yang menetap, sedikitnya berakhir 6 bulan antara rangsangan dan keinginan seksual, tindakan, fantasi atau rangsangan lain meraba tanpa persetujuam pihak lain
  11. Gangguan keinginan Seksual Hipoaktif : Defisit yang menetap/berulang atau tidak terdapatnya fantasi seksual dan keinginan untuk melakukan kegiatan seksual
  12. Gangguan Keengganan Seksual : Keengganan yang berlebihan dan menetap dan menghindari semua atau hampir semua kontak dengan pasangan seksual
  13. Gangguan Rangsangan Seksual : Kegagalan yang menetap dan sebagian untuk mencapai atau mempertahankan respons fisiologis dari kegiatan seksual atau hilangnya kepuasan seksual selama kegiatan seksual dilakuak
  14. Hambatan Orgasme : Keterlambatan yang menetap atau tidak adanya orgasme yang menyertai pada saat fase puncak hubungan seksual, walaupun menurut tenaga profesional terhadap intensitas, lama dan fokus yang sesuai dengan usia individu

F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Berikut ini pedoman wawancara yang baik dalam mengumpulkan data yang berkaitan dengan aspek psikoseksual :
a. menggunakan pendekatan yang jujur dan berdasarkan fakta yang menyadari bahwa klien sedang mempunyai pertanyaan atau masalah seksual
b. Mempertahankan kontak mata dan duduk dekat klien
c. Memberikan waktu yang memadai untuk membahas masalah seksual, jangan terburu-buru
d. Menggunakan pertanyaan yang terbuka, umum dan luas untuk mendapatkan informasi mengenai penngetahuan, persepsi dan dampak penyakit berkaitan dengan seksualitas
e. Jangan mendesak klien untuk membicarakan mengenai seksualitas, biarkan terbuka untuk dibicarakan pada waktu yang akan datang
f. Masalah citra diri, kegiatan hidup sehari-hari dan fungsi sebelum sakit dapat dipakai untuk mulai membahas masalah seksual
g. Amati klien selama interaksi, dapat memberikan informasi tentang masalah ap yang dibahs, bigitu pula masalah apa yang dihindari klien
h. Minta klien untuk mengklarifikasi komunikasi verbal dan nonverbal yang belum jelas
i. Berinisiatif untuk membahas masalah seksual berarti menghargai kjlien sebagai makhluk seksual, memungkinkan timbulnya pertanyaan tentang masalah seksual.
Perlu dikaji berbagai mekanisme koping yang mungkin digunakan klien untuk mengekspresikan masalah seksualnya, antara lain :
a. Fantasi, mungkin digunakan untuk meningkatkan kepuasan sekasual
b. Denial, mungkin digunakan untuk tidak mengakui adanya konflik atau ketidakpuasan seksual
c. Rasionalisasi, mungkin digunakan untuk memperoleh pembenaran atau penerimaan tentang motif, perilaku, perasaan dan dorongan seksual
d. Menarik Diri, mungkin dilakukan untuk mengatasi perasaan lemah, perasaan ambivalensi terhadap hubungan intim yang belum terselesaikan secara tuntas
2. Diagnosa Keperawatan
1. Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh,
penganiayaan fisik (seksual), depresi
Batasan Karakteristik :
  • Tidak adanya hasrat untuk aktivitas seksual
  • Perasaan jijik, ansietas, panik sebagai respons terhadap kontak genital
  • Tidak adanya pelumasan atau sensasi subjektif dari rangsangan seksual selama aktivitas seksual
  • Kegagalan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi penis selama aktivitas seksual
  • Ketidakmampuan untuk mencapai orgasme atau ejakulasi
  • Ejakulasi prematur
  • Nyeri genital selama koitus
  • Kontriksi vagina yang mencegah penetrasi penis
Tujuan Jangka Pendek
  • Pasien akan mengidentifikasi stresor yang berperan dalam penurunan fungsi seksual dalam 1 minggu
  • Pasien akan mendiskusikan patofisiologi proses penyakitnya yang menimbulkan disfungsi seksual dalam 1 minggu
  • Untuk pasien dengan disfungsi permanen karenan proses penyakit : pasien akan mengatakan keinginan untuk mencari bantuan profesional dari seorang terapis seks supaya belajar alternatif cara untuk mencapai kepuasan seksual dengan pasangannya dalam dimensi waktu ditetapkan sesuai individu
Tujuan Jangka Panjang
  • Pasien akan mendapatkan kembali aktivitas seksual pada tingkat yang memuaskan untuk dirinya dan pasangannya (dimensi waktu ditentukan oleh situasi individu)
Intervensi :
1. Kaji riwayat seksual dan tingkat kepuasan sebelumnya dalam hubunngan seksual
2. Kaji persepsi pasien terhadap masalah
3. Bantu pasien menetapkan dimensi waktru yang berhubungan dengan awitan masalah
dan diskusikan apa yang terjadi dalam situasi kehidupannya pada waktu itu
4. Kaji alam perasaan dan tingkat energi pasien
5. Tinjau aturan pengobatan, observasi efek samping
6. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan proses penyakit yang mungkin menambah disfungsi seksual
7. Dorong pasien untuk menanyakan hal-hal yang berkenaan dengan seksual dan fungsi yang mungkin menyusahkan dirinya
2. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan pilihan sksual yang berbeda, penyesuaian diri terhadap seksual terlambat
Batasan Karakteristik :
§ Laporan adanya kesukaran, pembatasan atau perubahan dalam perilaku atau aktivitas seksual
§ Laporan bahwa getaran seksual hanya dapat dicapai melalui praktik yang berbeda
§ Hasrat untuk mengalami hubungan seksual yang memuaskan dengan individu lain tanpa butuh getaran melalui praktik yang berbeda
Tujuan Jangka Pendek :
1. pasien akan mengatakan aspek-aspek seksualitas yang ingin diubah
2. pasien dan pasangannya akan saling berkomunikasi tentang cara-cara dimana masing-masing meyakini hubungan seksual mereka dapat diperbaiki
Tujuan Jangka Panjang ;
1. Pasien akan memperlihatkan kepuasan dengan pola seksualitasnya sendiri
2. Pasien dan pasangannya akan memperlihatkan kepuasan dengan hubungan
seksualnya
Intervensi :
1. Ambil riwayat seksual, perhatikan ekspresi area ketidakpuasan pasien terhadap pola seksual
2. Kaji area-area stress dalam kehidupan pasien dan periksa hubungan dengan pasangan seksualnya
3. Catat faktor-faktor budaya, sosial, etnik dan religius yang mungkin menambah konflik yang berkenaan dengan praktik seksual yang berbeda
4. Terima dan jangan menghakimi
5. Bantu terapis dengan perencanaan modifikasi perilaku untuk membantu pasien yang berhasrat untuk menurunkan perilaku-perilaku seksual yang berbeda
6. Jika perubahan pola seksualitas berhubungan dengan penyakit atau pengobatan medis, berikan informasi untuk pasien dan pasangannya berkenaan dengan hubungan antara penyakit dan perubahan seksual
G. Hasil Pasien Yang Diharapkan/Kriteria Pulang
1. Pasien mampu menghubungkan faktor-faktor fisik atau psikososial yang mengganggu fungsi seksual
2. Pasien mampu berkomunikasi dengan pasangannya tentang hubungan seksual mereka tanpa merasa tidak nyaman
3. Pasien dan pasangannya mengatakan keinginan dan hasrat untuk mencari bantuan
dari terapi seks yang profesional
4. Pasien mengatakan kembali bahwa aktivitas seksualnya ada pada tahap yang
memuaskan dirinya dan pasangannya
5. Pasien dan pasangannya mengatakan modifilkasi dalam aktivitas seksual dalam
berespon pada keterbatasan karena penyakit atau tindakan medis




























ASUHAN  KEPERAWATAN  PADA  PASIEN  GANGGUAN KOGNITIF  DAN
MENTAL  ORGANIK

 
PENDAHULUAN
         Gangguan  kognitif pada pasien  akan mempengaruhi pada kemampuan berpikir dan rasional sesorang. Repon kognitif yang ditimbulkan berbeda dan tergantung pada bagian yang mengalami gangguan. Perubahan dalam perilaku juga akan terjadi. Pada  kasus delirium  akan terjadi gangguan pada proses pikir, sedangkan pada demensia akan mengalami respon kognitif yang maladaptip.
Untuk mengetahui lebih lanjut masalah yang terjadi pada pasien perlu dkaji lebih lanjut tentang Gangguan kognitif dan mental organic pada pasien.
          Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara umum tentang Asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan gangguan kognitif, sehingga dapat membantu perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan yang diaplikasikan dalam hal :
-  Pengkajian 
-  Penegakan diagnosa
-  Intervensi
-  Implementasi
-  Evaluasi.
Pemberian asuhan keperawatan yang maksimal dapat membantu pasien untuk menghadapi masalahnya dan meminimalkan resiko yang akan terjadi.

     
GANGGUAN  KOGNITIF DAN  MENTAL ORGANIK

I.  Defenisi :
Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional, termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan ( Stuart and Sundeen, 1987. Hal.612).
Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien
untuk berpikir akan dipengaruhi oleh  keadaan otak .
II.  Fungsi Otak :
1. Lobus Frontalis
   Pada bagian lobus ini berfungsi untuk  :
-  Prose belajar
-  Abstraksi
-  Alasan       


2. Lobus Temporal
Secara umum berfungsi untuk :
-  Diskriminasi bunyi 
-  Prilaku verbal
-  Bicara
3. Lobus Parietal
    Berfungsi untuk  :
-  Diskriminasi waktu
-  Fungsi somatik
-  Fungsi motorik
4. Lobus Oksipitalis
Berfungsi untuk :
-  Diskriminasi visual
-  Diskriminasi beberapa asfek memori
5. Sisitim Limbik
Hal ini akan berpengaruh pada fungsi :
-  Perhatian
-  Flight of idea
-  Memori
-  Daya ingat   
            Secara umum apabila terjadi gangguan pada otak, maka  seseorang akan  mengalami gejala yang berbeda,  sesuai dengan daerah yang terganggu yaitu :         
1. Gangguan  pada lobus frontalis , akan ditemukan gejala-gejala sbb :
-  Kemampuan memecahkan masalah berkurang
-  Hilang rasa sosial dan mora
-  Impilsif
     -  Regresi
2. Gangguan pada lobus temporalis akan ditemukan gejala sbb :
-  Amnesia
-  Demensia
 3. Gangguan pada lobus parietalis dan oksipitalis akan ditemukan gejala -gejala yang hampir sama, tapi secara umum akan terjadi disorientasi.
 4. Gangguan pada sistim limbik akan menimbulkan gejala yang bervariasi all :
-  Gangguan daya ingat
-  Memori
-  Disorientasi
-  Dll



RENTANG RESPON KOGNITIF SECARA UMUM :


Respon Adaptif      ---------------------------------------------------------------   Respon Maladaptif

         -------------------------------------------------------------------------------------------------------------


-  Decisiveness                                - Periodic                                            - Tidak mampu   membuat                           
                                                             indecisiveness                                   keputusan
-  Memori baik      
                                      
-  Orientasi penuh                         - Pelupa                                               - Kerusakan memori 

-  Persepsi akurat                         - Kadang-kadang bingung                 - Kerusakan penilaian                                   
-  Perhatian terfokus                   - Ragu                                                   - Disorientasi

-  Koheren                                     - Mispersepsi                                      - Mispersepsi

-  Berfikir logis                             - Pikiran kacau                      - Perhatian tidak terfokus

                                                    - Kadang-kadang                  - Sulit memberikan alasan 
                                                      pikiran tidak                       yang logis
                                                      jernih

                                                     ( Stuart and Sundeen, 1995. Hal. 546 )












                      
A.  PENGKAJIAN
  1. Faktor Predisposisi
Penyebab : -  Gangguan fungsi susunan saraf pusat
                         -  Gangguan pengiriman nutrisi
                         -  Ganggua peredaran darah
a. Penuaan 
    •  Kumulatif degeneratif jaringan otak
                      ↓ ↓ ↓ ↓
                  penuaan
    •  Racun dalam jaringan otak
    •  Kimia toksik/logam berat
                               ↓ ↓ ↓ ↓
                 Respon kognitif maladaptif
b. Neurobiologi
    •  Penyakit Alzheimer’s
    •  Gangguan metabolik  :
        -   Penyakit lever kronik, 
        -   GGK
        -   Devisit vitamin
        -   Malnutrisi
    •  Anorexia nervosa
    •  Bulimia nervosa
 c. Genetik :
Penyakit otak degeneratif herediter ( Huntington’s Chorea)    

2. Stressor Presipitasi
   a. Hipoksia :
    -  Anemia hipoksik
    -  Histotoksik hipoksia
    -  Hipoksemia hipopoksik
    -  Iskemia hipoksik
                      ↓ ↓ ↓ ↓
                  Suplai darah ke otak menurun/berkurang 
   b. Gangguan metabolisme
    Malfungsi endokrin :  Underproduct / Overproduct Hormon
    -  Hipotiroidisme
    -  Hipertiroidisme
    -  Hipoglikemia 
    -  Hipopituitarisme

   c. Racun, Infeksi
    -  Gagal ginjal
    -  Syphilis
    -  Aids Dement Comp
   d. Perubahan Struktur
     -  Tumor
     -  Trauma
   e. Stimulasi Sensori
     -  Stimulasi sensori berkurang
     -  Stimulasi berlebih

     Lingkungan yang stimulusai berkurang / atau lebih
                                   ↓ ↓ ↓ ↓
                                 Halusinasi
     Penerangan dan aktifitas di ICU yang konstan

                                                       ↓ ↓ ↓ ↓
                                         Bingung, Delusi, Halusinasi 
3. Perilaku
Delirum adalah         :   Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai  dengan:  Gangguan perhatian, memori, pikiran dan  orientasi.
 Demensia                 :  Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai  dengan  hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan  memori, penilaian, berpikir abstrak. 
Karakteristik Delirium dan demensia :
- Delirium  Demensia
-Onset
-Lama
-Stressor  perilaku
- Biasanya tiba-tiba
- Biasanya singkat/ < 1 bulan
- Racun, infeksi, trauma, hipertermia
- Fluktuasi tingkat kesadaran
- Disorientasi
- Biasanya perlahan
- biasanya lama dan progressif
- Paling banyak dijumpai  pada    usia  > 65 th
- Hipertensi, hipotensi, anemia. Racun, defisit vitamin, tumor,  atropi jaringan otak
- Hilang daya ingat
- Kerusakan penilaian
- Perhatian menurun
- Perilaku sosial tidak 
- Ilusi
- Halusinasi
- Pikiran tidak teratur
-Gangguan penilaian dan pengambilan keputusan
- Afek labil sesuai
- Afek labil
- Gelisah
- Agitasi
4. Mekanisme koping :
     -  Dipengaruhi pengalaman masa lalu
     -  Regresi
     -  Rasionalisasi
     -  Denial
     -  Intelektualisasi
5.Sumber Koping :
    -  Pasien
    -  Keluarga
    -  Teman

B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Nanda :
•  Anxietas
•  Komunikasi, kerusakan verbal
•  Resiko tinggi terhadap cedera
•  Sindrom defisit perawatan diri ( mandi,/kebersihan diri, makan,
berpakaian, berhias, toilet )
•  Perubahan sensori/perseptual ( penglihatan, pendengaran, pengecapan, perabaan, dan penghidu)
•  Gangguan pola tidur
•  Perubahan proses pikir                                                                                                                                       
 Contoh diagnosa lengkap dalam proses keperawatan : 
Gangguan proses pikir berhubungan dengan gangguan otak ditandai dengan  :
    - Interpretasi lingkungan yang tidak akurat
    - Kurang memori saat ini
    - Kerusakan kemampuan memberikan rasional
    - Konfabulasi
 Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan :
   - Ketakutan
   - Disorientasi yang ditandai dengan perilaku agitasi
 Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan :
     - Kerusakan kognitif
     - Kehilangan memori saat ini
     - Konfabulasi

C. Perencanaaan :
Identifikasi  hasil :
Pasien dapat mencapai fungsi kognitif yang optimal  
Prioritas         :  Menjaga keselamatan hidup
Pemenuhan kebutuhan bio-psiko-sosial
Libatkan keluarga
Pendidikan kesehatan mental
Usaha perawatan : Memfungsikan pasien seoptimal mungkin sesuai kemempuan pasien.

D. Implementasi :
Intervensi Delirium :
a.  Kebutuhan Fisiologis
     - Prioritas         : menjaga keselamatan hidup
     - Kebutuhan dasar dengan mengutamakan nutrisi dan cairan
     - Jika pasien sangat gelisah perlu :
Pengikatan untuk menjaga therapi, tapi sedapat mungkin harus dipertimbangkan dan jangan ditinggal sendiri
     - Gangguan tidur :
       •  Kolaborasi pemberian obat tidur
       •  Gosok punggung
       •  Beri susu hangat
       •  Berbicara lembut
       •  Libatkan keluarga
       •  Temani menjelang tidur
       •  Buat jadwal tetap untuk bangun dan tidur
       •  Hindari tidur diluar jam tidur
       •  Mandi sore dengan air hanngat
        •  Hindari minum yang dapat mencegah tidur seperti : kopi, dll
        •  Lakukan methode relaksasi seperti  : napas dalam
     - Disorientasi :
        •  Ruangan yang terang
        •  Buat jam, kalender dalam ruangan
        •  Lakukan kunjungan sesering mungkin
        •  Orientasikan pada situasi linkumngan
        •  Beri nama/ petunjuk/ tanda yang jelas pada ruangan/ kamar
        •  Orientasikan pasien pada barang milik pribadinya ( kamar, tempat tidur, lemari, photo keluarga, pakaian, sandal ,dll)
        •  Tempatkan  alat-alat  yang membantu orientasi massa
        •  Ikutkan dalam tyherapi aktifitas kelompok dengan program orientasi  realita (orang, tempat, waktu).
b. Halusinasi
    -  Lindungi pasien dan orang lain dari perilaku merusak diri
    -  Ruangan :
       •  Hindari dari benda-benda berbahaya
       •  Barang-barang seminimal mungkin
    - Perawatan 1 – 1 dengan pengawasan yang ketat
    - Orientasikan pada realita
    - Dukungan dan peran serta keluarga 
    - Maksimalkan rasa aman
    - Sikap yang tegas dari pemberi/ pelayanan perawatan (konsisten)
c. Komunikasi
     -  Pesan jelas
     -  Sederhana
     -  Singkat dan beri pilihan terbatas
d. Pendidikan kesehatan 
     -  Mulai saat pasien bertanya tentang yang terjadi pada keadaan  sebelumnya
     -  Seharusnya perawat harus harus tahu sebelumnya tentang :
        •  Masalah pasien
        •  Stressor
        •  Pengobatan
         •  Rencana perawatan
         •  Usaha pencegahan
         •  Rencana perawatan dirumah                         
      -  Penjelasan diulang beberapa kali
      -  Beri petunjuk lisan dan tertulis
      -  Libatkan anggota keluarga agar dapat melanjutkan perawatan dirumah dengan baik sesuai rencana yang telah ditentukan.


Intervensi pada Demensia
a.  Orientasi
Tujuan :    Membentuk pasien  berfungsi dilingkungannya
     -  Tulis nama petugas pada kamar pasien jelas, besar, sehingga dapat dibaca pasien
     -  Orientasikan pada situasi lingkungan
     -  Perhatikan penerangan terutama dimalam hari
     -  Kontak personal dan fisik sesring mungkin
     -  Libatkan dalam kegiatan T.A.K
     -  Tanamkan kesadaran :
        •  Mengapa pasien dirawat
        •  Memberikan percaya diri
        •  Berhubungan dengan orang lain
        •  Tanggap situasi lingkungan dengan menggunakan panca indera
        •  Inyteraksi personal
     -  Identifikasi proses pulang
b. Komunikasi
     - Membina hubungan saling percaya 
       •  Umpan balik yang positif
       •  Tentramkan hati
       •  Ulangi kontrak
       •  Respek, pendengaran yang baik
       •  Jangan terdesak
       •  Jangan memaksa
     - Komunikasi  verbal
       •  Jelas
        •  Ringkas
        •  Tidak terburu buru
     -  Topik percakapan dipilih oleh pasien 
     -  Topik buat spesipik
     -  Waktu cukup untuk pasien
     -  Pertanyaan tertutup
     -  Pelan dan diplomatis dalam menghadapi persepsi yang salah
     -  Empati
     -  Gunakan tehnik klarifikasi
     -  Summary
     -  Hangat
     -  Perhatian
c.  Pengaturan koping
     -  Koping yang selama dipakai  ini yang positif positif dimaksimalkan dan yang negatif diminimalkan
     -   Bantu mencari koping baru yang posistf
d. Kurangi agitasi
            ↓ ↓ ↓ ↓             
     - didorong  melakukan sesuatu yang tidak biasa dan tidak jelas
     -  beri penjelasan
     -  beri pilihan
     -  penyaluran energi :
        •  Perawatan mandiri
        •  Menggunakan kekuatan dan kemampuan dengan tepat, misalnya berolahraga
     -   Saat agitasi :
         •  Tetap senyum
         •  Tujukkan sikap bersahabat
         •  Empati
e. Keluarga dan masyarakat
     - Siapkan keluarga untuk menerima keadaan pasien
     - Siapkan fasilitas dalam berinteraksi dengan  dimasyarakat
     - Perlu bantuan  dalam merawat 24 jam dirumah, yang diprogramkan melalui :
       •  Puskesmas
       •  Pos-pos pelayanan kesehatan dirumahsakit
f. Farmakologi
    - Tergantung penyebab gangguan, spt :
      •  Penyakit Alzheimer’s
    -  Pada orang tua harus hati-hati, karena keadaan yang sensitif
g. Wandering
    Perilaku yang harus diperhatikan oleh pemberi perawatan
h. Therapeutik Milieu 
     - Stimulasi kognitif 
                   ↓ ↓ ↓ ↓
     Melakukan aktifitas yang berfungsi untuk perbaikan kognitif misalnya diskusi  kelompok
     •  Dukung perasaan aman
     •  Situasi yang tenang
     •  Rancangai fisik konsisten
     •  Struktur yang teratur 
     •  Fokus pada kekuatan dan kemampuan
     •  Minimalkan perilaku destruktif
i. Intervensi interpersonal
    - Psychotherapi
    - Life review therafi
Untuk menyelesaikan masalah  yang melibatkan individu dan kelompok  dengan saling menceritakan  riswayat hidup
    - Latihan dan terafi kognitif
      •  Latihan daya ingat
      •  Memelihara inteligensia
    - Therapi relaksasi
       •  Untuk mengurangi ketegangan dan stres
       •  Deep Breathing
       •  Konsentrasi
     - Kelompok pendukung dan konseling
       •  Ekspres filling
       •  Pemecahan masalah yang dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan harga diri
2. Meningktkan percaya diri
3. Meningkatkan simpati
4. Meningkatkan empati        
j. Gangguan daya ingat :
    - Mulai percakapan dengan menyebut nama anda dan panggil nama pasien
    - Hindarkan konfrontasi atas pernyataan pasien yang salah
    -  Penataan barang pribadi jangan dirubah
    -  Lakukan progran orientasi
k. Gangguan perawatan diri :
    - Buat jadwal mandi dengan teratur
    - Tempatkan pakaian yang kemungkinan mudah dijangkau pasien
    - Ajarkan cara mandi secara bertahap :
      •  Peralatan mandi
      •  Langkah-langkah mandi
      •  Perhatikan privacy
    - Ajarkan cara berpakaian 
      •  Buat langkah berpakaian yang rutin
      •  Hindarkan kancing dan resleting
      •  Beri instruksi yang sederhana
      •  Lakukan berulang-ulang
      •  Tetap perhatikan privacy
   - Ajarkan BAB dan BAK pada tempatnya
l. Isolaso sosial 
   - Mulai kotak dengan keluarga
   - Teman dekat
   - Dorong berhubungan dengan orang lain
   - Masukkan dalam kelompok aktifitas
   - Buat jadwal kontak sosial secara teratur

Prinsip Konservatif Myra Levines
Penerapannya pada pasien gangguan kognitif.
Tujuan : Meningkatkan fungsi kognitif yang optimal.



a. Konservatif Energi
    Intervensi :
    -  Nutrisi adekuat
    -  Observasi intake
    -  Observasi out put
    -  Observasi tanda vital
    -  Kesempatan istirahat dirangsang
    -  Bantu pergerakan
    -  Kaji gangguan fisiologis
    -  Kaji stres, bantu cara menghindari dan mengatasi
                                    
    Dilakukan melalui kegiatan yang berhubungan dengan penggunaan energi
b. Konservasi Integritas Struktur
    Intervensi :
    -  Kaji fungsi sensori
    -  Kaji persepsi
    -  Beri kaca mata
    -  Alat bantu dengar
    -  Tongkat
    -  Observasi dan jauhkan benda-benda berbahaya
    -  Supervisi pemberian obat
    -  Lindungi dari bahaya
                                           
    Perlindungan keselamatan dari ancaman bahaya kecelakaan
c. Konservasi Integritas Personal 
    Intervensi :
    -  Orientasi realita
    -  Hubungan saling percaya
    -  Dorong untuk mandiri
    -  Identifikasi minat
    -  Identifikasi kemampuan 
                                     
          beri kesempatan untuk menggunakan 
    -  Beri pujian
     -  Lakukan tehnik komunikasi terapeutik
                                               
                Pemeliharaan peningkatan harga diri



d. Konservasi sosial 
    Intervensi :
    -  Kontak keluarga
    -  Kontak teman dekat
    -  Dorong untuk berhubungan dengan orang lain
    -  Didik keluarga dan pasien 
    -  Ijinkan keluarga/orang dekat untuk membantu perawat
    -  Bertemu keluarga secara teratur
    -  Libatkan keluarga dalam perencanaan pulang              
                                                    
                     Pemeliharaan hubungan sosial dengan orang terdekat
e. Evaluasi 
a. Realistis
b. Tidak pesimis
c. Ditujukan pada :
     •  Orientasi waktu
     •  Tempat
     •  Orang
     •  Interaksi sosial
     •  Perawatan mandiri
     •  Status nutrisi
     •  Fungsi kognitif
     •  Pasien terhindar dari cedera
d. Ditujukan pada pasien delirium
     •  pasien kembali pada fungsi sebelumnya
     •  pasien dapat memelihara tingkat optimal fungsi sensori dan persepsi
     •  berperan dalam aktifitas sehari-hari
     •  memelihara keseimbangan fungsi fisiologis
e. Ditujukan pada pasien demensia
     •  pasien melakukan perawatan mandiri secara optimal
    •  keluarga tetap memelihara hubungan dengan pasien.







 

PENUTUP

Kesimpulan 
            Gangguan kognitif pada pasien yang mengalami  gangguan jiwa, erat hubungannnya dengan gangguan mental organik. Hal ini terlihat dari gambaran secara umum  perilaku/ gejala yang timbul akan dipengaruhi pada bagian otak yang mengalami gangguan, misalnya pada lobus oksipitalis, lobus parietalis, lobus temporalis, lobus frontalis maupun sistim limbik.
            Dari intervensi yang dilakukan untuk mengatasi masalah pasien , hal utama yang dilakukan adalah : selalu menerapkan tehnik komunikasi terapeutik.
Pendekatan secara individu dan kelompok, juga keterlibatan keluarga dalam melakukan perawatan sangat penting untuk mencapai kesembuhan pasien.
             Berdasarkan hal diatas masalah dengan gangguan kognitif sangat penting diketahui  apa penyebab terjadinya . Sehinngga  intervensi yang diberikan tepat dan sesuai untuk   mengatasi masalah pasien. Akhirnya pasien diharapkan dapat seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhannya dan terhindar dari kecelakaan yang ,membahayakan keselamatan pasien.
 
Saran             
           Dari kesimpulan diatas, pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami gangguan kognitip seharusnya kita memperhatikan hal-hal sebagai  berkut :
1. Asuhan yang kita berikan secara tuntas dengan tetap mengacu pada pengkajian bio-psiko-sosial dengan lebih mengutamakan etiologi dari terjadinya masalah
2. Pemberian obat /terapy seharusnya berdasarkan  pada gejala yang  terjadi, karena akan dipengaruhi oleh bagian otak yang terganggu  dan harus tetap berkolaborasi dengan  tim medis.
3. Dalam pemberian asuhan keperawatan diharapkan peran serta  dan keterlibatan keluarga.
















      DAFTAR PUSTAKA

Fortinash, C.M, dan Holloday, P.A. (1991). Psychiatric nursing care plan. St.Louis :
Mosby year book
Keltner, N.L, Schueke, L.H dan Bostrom, CE (1991).  Psychiatric nursing :a psycho
terapeutic management approach. St. Louis : Mosby year book
Stuart, Gw.  and Sundeen S.J  (1995).  Perbandingan Delirium, Depresi dan
Demensia.St.louis : Mosby year book
Stuart, Gw. And Sundeen S.J  (1995).  Pendidikan Kesehtan Keluarga  . St. Louis
Mosby Year book
Stuart, Gw. And Sundeen S,J (1987). Petunjuk Komunikasi dengan Pasien Demensia
.St. Louis Mosby year Book
Towsend,  M.C   (1993).  Psychiatric Mental Health Nursing : Concept of Care ,
Philadelphia, 2nd
, Davis Company.
Wilson,  H.S, and Kneils,  C.R . (1992).  Psychiatric Nursing   . California : Addison
Wesley Nursing.
      
  

Related : ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYIMPANGAN SEKSUAL

0 Komentar untuk "ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYIMPANGAN SEKSUAL"

tinggalkan pesan atau komentar ataupun saraan agar kami bisa menyajikan informasi lebih baik lagi bagi anda