DEMENSIA
ADalah kondisi
keruntuhan kemampuan intelek yang progresif setelah mencapai pertumbuhan &
perkembangan tertinggi (umur 15 tahun) karena gangguan otak organik, diikuti
keruntuhan perilaku dan kepribadian, dimanifestasikan dalam bentuk gangguan
fungsi kognitif seperti memori, orientasi, rasa hati dan pembentukan pikiran
konseptual. Biasanya kondisi ini tidak reversibel, sebaliknya progresif.
Demensia merupakan
kerusakan progresif fungsi-fungsi kognitif tanpa disertai gangguan kesadaran.(
Elizabeth Corwin, 2001 ).
Demensia adalah
penurunan kemampuan mental yang biasanya berkembang secara perlahan,dimana
terjadi gangguan ingatan, pikiran, penilaian dan kemampuan untuk
memusatkan perhatian, dan
bisa terjadi kemunduran kepribadian.
Pada usia muda,
demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat, penyakit atau zat-zat
racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya sel-sel otak. Tetapi
demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia diatas 60 tahun.
Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang normal. Sejalan
dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa menyebabkan
hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan penurunan
beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi fungsi.
Lupa pada usia lanjut bukan merupakan pertanda dari demensia maupun penyakit
Alzheimer stadium awal.
B. ETIOLOGI
Yang paling sering
menyebabkan demensia adalah penyakit Alzheimer. Penyebab penyakit Alzheimer
tidak diketahui, tetapi diduga melibatkan faktor genetik, karena penyakit ini
tampaknya ditemukan dalam beberapa keluarga dan disebabkan atau dipengaruhi
oleh beberapa kelainan gen tertentu. Pada penyakit Alzheimer, beberapa bagian
otak mengalami kemunduran, sehingga terjadi kerusakan sel dan berkurangnya
respon terhadap bahan kimia yang menyalurkan sinyal di dalam otak. Di dalam
otak ditemukan jaringan abnormal (disebut plak senilis dan serabut saraf yang
semrawut) dan protein abnormal, yang bisa terlihat pada otopsi.
Demensia
sosok Lewy sangat menyerupai penyakit Alzheimer, tetapi memiliki perbedaan
dalam perubahan mikroskopik yang terjadi di dalam otak.
Penyebab ke-2
tersering dari demensia adalah serangan stroke yang berturut-turut. Stroke
tunggal ukurannya kecil dan menyebabkan kelemahan yang ringan atau kelemahan
yang timbul secara perlahan. Stroke kecil ini secara bertahap menyebabkan
kerusakan jaringan otak, daerah otak yang mengalami kerusakan akibat
tersumbatnya aliran darah disebut infark. Demensia yang berasal dari beberapa
stroke kecil disebut demensia multi-infark. Sebagian besar penderitanya
memiliki tekanan darah tinggi atau kencing manis, yang keduanya menyebabkan
kerusakan pembuluh darah di otak. Demensia juga bisa terjadi setelah seseorang
mengalami cedera otak atau cardiac arrest.
Penyebab lain dari demensia adalah:
- Penyakit Pick
- Penyakit Parkinson
- AIDS
- Penyakit Creutzfeldt-Jakob
Hidrosefalus bertekanan normal terjadi jika cairan yang secara normal mengelilingi otak dan melindunginya dari cedera, gagal diserap sebagaimana mestinya. Hidrosefalus ini menyebabkan demensia yang tidak biasa, dimana tidak hanya menyebabkan hilangnya fungsi mental tetapi juga terjadi inkontinensia airkemih dan kelainan berjalan.
Orang yang menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali mengalami demensia pugilistika (ensefalopati traumatik progresif kronik); beberapa diantaranya juga menderita hidrosefalus.
Usia lanjut yang menderita depresi juga mengalami pseudodemensia. Mereka jarang makan dan tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang; sedangkan pada demensia sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan mereka.
C. MANIFESTASI KLINIS
-
Terganggunya daya fisik
-
Pelupa
-
Apatis (menyendiri)
-
Sering mengulang kata – kata
-
Disorientasi waktu
-
Sulit untuk melakukan kegiatan sehari – hari
-
Emosional
-
Sulit belajar
-
Kurang konsentrasi
-
Kurang perawatan diri
-
Kurang koordinasi gerakan
D. Gejala Klinis:
Ada
dua tipe demensia yang paling banyak ditemukan, yaitu
1.Demensia Alzheimer
Gejala klinis demensia Alzheimer merupakan kumpulan gejala demensia
akibat gangguan neuro degenaratif (penuaan saraf) yang berlangsung progresif
lambat, dimana akibat proses degenaratif menyebabkan kematian sel-sel otak yang
pasif. Kematian sel-sel otak ini baru menimbulkan gejala klinis dalam kurun
waktu 30 tahun. Awalnya ditemukan gejala mudah lupa (forgetfulness) yang
menyebabkan penderita tidak mampu menyebut kata yang benar, berlanjut dengan
kesulitan mengenal benda dan akhirnya tidak mampu menggunakan barang-barang
sekalipun yang termudah. Hal ini disebabkan adanya gangguan kognitif sehingga
timbul gejala neuropsikiatrik seperti, Wahan (curiga, sampai menuduh ada yang
mencuri barangnya), halusinasi pendengaran atau penglihatan, agitasi (gelisah, mengacau),
depresi, gangguan tidur, nafsu makan dan gangguan aktifitas psikomotor,
berkelana. Stadium demensia Alzheimer terbagi atas 3 stadium, yaitu :
1.Stadium I
Berlangsung
2-4 tahun disebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan
aktifitas spontan menurun. “Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru
atau lupa hal baru yang dialami.
2.Stadium II
Berlangsung selama 2-10 tahun, dan disebutr stadium demensia. Gejalanya
antara lain, disorientasi gangguan bahasa (afasia) penderita mudah bingung
penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat melakukan
kegiatan sampai selesai, tidak mengenal anggota keluarganya tidak ingat sudah
melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi. Dan ada gangguan
visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungannya, depresi
berat prevalensinya 15-20%,”.
3.Stadium III
Stadium ini dicapai setelah
penyakit berlangsung 6-12 tahun. Gejala klinisnya antara lain:
Penderita
menjadi vegetatif tidak bergerak dan membisu daya intelektual serta memori
memburuk sehingga tidak mengenal keluarganya sendiri tidak bisa mengendalikan
buang air besar/ kecil kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan ornag lain
kematian terjadi akibat infeksi atau trauma.
2.Demensia Vaskuler
Untuk gejala klinis demensia tipe
Vaskuler, disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah di otak. “Dan setiap
penyebab atau faktor resiko stroke dapat berakibat terjadinya demensia,”.
Depresi bisa disebabkan karena lesi tertentu di otak akibat gangguan sirkulasi
darah otak, sehingga depresi itu dapat didiuga sebagai demensia vaskuler.
Gejala depresi lebih sering dijumpai pada demensia vaskulerdaripada Alzheimer.
Hal ini disebabkan karena kemampuan penilaian terhadap diri sendiri dan respos
emosi tetap stabil pada demensia vaskuler.
Dibawah
ini merupakan klasifikasi penyebab demensia vaskuker, diantaranya:
·
Kelainan sebagai penyebab Demensia :
1.Penyakit
degenaratif
2.Penyakit
serebrovaskuler
3.Keadaan
anoksi/ cardiac arrest, gagal jantung,
4.Trauma
otak
5.Infeksi
(Aids, ensefalitis, sifilis)
6.Hidrosefaulus normotensif
6.Hidrosefaulus normotensif
7.Tumor
primer atau metastasis
8.Autoimun,
vaskulitif
9.
Multiple sclerosis
10.Toksik
11.Kelainan
lain : Epilepsi, stress mental,
·
Kelainan/ keadaan yang dapat menampilkan demensi:
1.
Gangguan psiatrik :
-
Depresi
-
Anxietas
-
ikosis
2. Obat-obatan :
-
Psiofarmaka
-
Antiaritmia
-
Antihipertensi
-
Antikonvulsan
-
Digitalis
3.
Gangguan nutrisi:
- Defisiensi B6 (Pelagra)
- Defisiensi B12
- Defisiensi asam folat
- Marchiava-bignami disease
4. angguan metabolisme :
- Hiper/hipotiroidi
- Hiperkalsemia
- Hiper/hiponatremia
- Hiopoglikemia
- Hiperlipidemia
- Hipercapnia
- Gagal ginjal
- Sindromk Cushing
-
Addison’s disesse
- Hippotituitaria
- Efek emote penyakit kanker
E.
PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani
kasus demensia adalah
melakukan verifikasi diagnosis.
Diagnosis yang akurat sangat penting mengingat progresifitas penyakit dapat
dihambat atau bahkan disembuhkan jika terapi yang tepat dapat diberikan.
Tindakan pengukuran untuk pencegahan adalah penting terutama pada demensia
vaskuler. Pengukuran tersebut dapat berupa
pengaturan diet, olahraga, dan pengontrolan terhadap diabetes dan
hipertensi. Obat-obatan yang diberikan
dapat berupa antihipertensi, antikoagulan,
atau antiplatelet. Pengontrolan
terhadap tekanan darah harus dilakukan sehingga tekanan darah pasien
dapat dijaga agar berada dalam batas normal, hal ini didukung oleh fakta adanya
perbaikan fungsi kognitif pada pasien demensia vaskuler. Tekanan darah yang
berada dibawah nilai normal menunjukkan perburukan fungsi kognitif, secara
lebih lanjut, pada pasien dengan demensia vaskuler. Pilihan obat antihipertensi
dalam hal ini
adalah sangat penting
mengingat antagonis reseptor
dapat memperburuk kerusakan
fungsi kognitif. Angiotensin-converting enzyme
(ACE) inhibitor dan diuretik telah dibuktikan tidak
berhubungan dengan perburukan
fungsi kognitif dan
diperkirakan hal itu disebabkan oleh efek penurunan tekanan
darah tanpa mempengaruhi aliran darah otak.
Tindakan bedah untuk mengeluarkan
plak karotis dapat mencegah
kejadian vaskuler berikutnya pada pasien-pasien yang telah diseleksi
secara hati-hati. Pendekatan terapi secara umum pada pasien dengan demensia
bertujuan untuk memberikan perawatan medis suportif, dukungan emosional
untuk pasien dan
keluarganya, serta terapi
farmakologis untuk gejala-gejala
yang spesifik, termasuk perilaku yang merugikan.
F. PATOFISIOLOGI
Perjalanan
penyakit yang klasik pada demensia adalah awitan (onset) yang dimulai pada usia
50 atau 60-an dengan perburukan yang bertahap dalam 5 atau 10 tahun, yang
sering berakhir dengan kematian. Usia awitan dan kecepatan perburukan
bervariasi diantara jenis-jenis demensia dan
kategori diagnostik masing-masing
individu. Usia harapan
hidup pada pasien
dengan demensia tipe Alzheimer
adalah sekitar 8 tahun,
dengan rentang 1
hingga 20 tahun.
Data penelitian menunjukkan bahwa penderita demensia dengan awitan yang
dini atau dengan riwayat keluarga menderita demensia memiliki kemungkinan
perjalanan penyakit yang lebih cepat.
Dari suatu penelitian terbaru terhadap
821 penderita penyakit Alzheimer, rata-rata angka harapan hidup adalah 3,5
tahun. Sekali demensia didiagnosis, pasien harus menjalani pemeriksaan medis
dan neurologis lengkap, karena 10 hingga 15 persen pasien dengan demensia
potensial mengalami perbaikan (reversible) jika terapi yang diberikan telah
dimulai sebelum kerusakan otak yang permanen terjadi.
Perjalanan
penyakit yang paling umum diawali dengan beberapa tanda yang samar yang mungkin
diabaikan baik oleh pasien sendiri maupun oleh orang-orang yang paling dekat
dengan pasien. Awitan yang bertahap biasanya merupakan gejala-gejala yang
paling sering dikaitkan dengan demensia tipe Alzheimer, demensia vaskuler,
endokrinopati, tumor otak, dan gangguan metabolisme.
Sebaliknya, awitan pada
demensia akibat trauma, serangan jantung dengan hipoksia serebri, atau
ensefalitis dapat terjadi secara mendadak. Meskipun gejala-gejala pada fase
awal tidak jelas, akan
tetapi dalam perkembangannya dapat
menjadi nyata dan
keluarga pasien biasanya akan
membawa pasien untuk pergi berobat. Individu dengan demensia dapat menjadi
sensitif terhadap penggunaan
benzodiazepin atau alkohol, dimana penggunaan zat-zat tersebut dapat memicu
agitasi, sifat agresif, atau perilaku psikotik. Pada stadium terminal dari
demensia pasien dapat menjadi ibarat “cangkang kosong” dalam diri mereka
sendiri, pasien
mengalami disorientasi, inkoheren, amnestik, dan inkontinensia urin dan
inkontinensia alvi. Dengan terapi psikososial dan farmakologis dan mungkin
0 Komentar untuk "DEMENSIA"