PENGERTIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
a. Menurut
American Nurses Associations (ANA)
Keperawatan jiwa adalah area khusus dalam praktek
keperawatan yang menggunakan ilmu tingkah laku manusia sebagai dasar dan
menggunakan diri sendiri secara teraupetik dalam meningkatkan, mempertahankan,
memulihkan kesehatan mental klien dan kesehatan mental masyarakat dimana klien
berada (American Nurses Associations).
b. Menurut
WHO
Kes. Jiwa bukan hanya suatu keadaan tdk ganguan jiwa,
melainkan mengandung berbagai karakteristik yg adalah perawatan langsung,
komunikasi dan management, bersifat positif yg menggambarkan keselarasan dan
keseimbangan kejiwaan yg mencerminkan kedewasaan kepribadian yg bersangkutan.
c. Menurut UU KES. JIWA NO 03 THN 1966
Kondisi yg
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual emosional secara optimal dari
seseorang dan perkebangan ini selaras dgn orang lain.
Keperawatan jiwa adalah pelayanan
keperawatan profesional didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa
pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan respons psiko-sosial yang
maladaptif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan
diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa ( komunikasi terapeutik dan terapi
modalitas keperawatan kesehatan jiwa ) melalui pendekatan proses keperawatan
untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan
jiwa klien (individu, keluarga, kelompok komunitas ).
Keperawatan jiwa adalah proses
interpersonal yang berusaha untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku
sehingga klien dapat berfungsi utuh sebagai manusia.
Prinsip keperawatan jiwa terdiri dari empat komponen yaitu manusia,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan.
- Manusia
Fungsi seseorang sebagai makhluk holistik yaitu bertindak,
berinteraksi dan bereaksi dengan lingkungan secara keseluruhan. Setiap individu
mempunyai kebutuhan dasar yang sama dan penting. Setiap individu mempunyai
harga diri dan martabat. Tujuan individu adalah untuk tumbuh, sehat, mandiri
dan tercapai aktualisasi diri. Setiap individu mempunyai kemampuan untuk
berubah dan keinginan untuk mengejar tujuan personal. Setiap individu mempunyai
kapasitas koping yang bervariasi. Setiap individu mempunyai hak untuk
berpartisipasi dalam pengambilan keputuasan. Semua perilaku individu bermakna
dimana perilaku tersebut meliputi persepsi, pikiran, perasaan dan tindakan.
- Lingkungan
Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan
dari dalam dirinya dan lingkungan luar, baik keluarga, kelompok, komunitas.
Dalam berhubungan dengan lingkungan, manusia harus mengembangkan strategi
koping yang efektif agar dapat beradaptasi. Hubungan interpersonal yang
dikembangkan dapat menghasilkan perubahan diri individu.
- Kesehatan
Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
menunjukkan salah satu segi kualitas hidup manusia, oleh karena itu, setiap
individu mempunyai hak untuk memperoleh kesehatan yang sama melalui perawatan
yang adekuat.
- Keperawatan
Dalam keperawatan jiwa, perawat memandang manusia secara
holistik dan menggunakan diri sendiri secara terapeutik. Metodologi dalam
keperawatan jiwa adalah menggunakan diri sendiri secara terapeutik dan
interaksinya interpersonal dengan menyadari diri sendiri, lingkungan, dan
interaksinya dengan lingkungan. Kesadaran ini merupakan dasar untuk perubahan.
Klien bertambah sadar akan diri dan situasinya, sehingga lebih akurat
mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta memilih cara yang sehat untuk mengatasinya.
Perawat memberi stimulus yang konstruktif sehingga akhirnya klien belajar cara
penanganan masalah yang merupakan modal dasar dalam menghadapi berbagai
masalah.
Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Pemberian asuhan
keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja sama
antara perawat dengan klien, dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan
yang optimal ( Carpenito, 1989 dikutip oleh Keliat,1991).
Perawat memerlukan metode ilmiah dalam melakukan proses
terapeutik tersebut, yaitu proses keperawatan. Penggunaan proses keperawatan
membantu perawat dalam melakukan praktik keperawatan, menyelesaikan masalah
keperawatan klien, atau memenuhi kebutuhan klien secara ilmiah, logis,
sistematis, dan terorganisasi. Pada dasarnya, proses keperawatan merupakan
salah satu teknik penyelesaian masalah (Problem solving). Proses keperawatan
bertujuan untuk memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan dan
masalah klien sehingga mutu pelayanan keperawatan menjadi optimal. Kebutuhan dan
masalah klien dapat diidentifikasi, diprioritaskan untuk dipenuhi, serta
diselesaikan. Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat dapat terhindar
dari tindakan keperawatan yang bersifat rutin, intuisis, dan tidak unik bagi
individu klien. Proses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling
bergantung, luwes, dan terbuka. Setiap tahap dapat diperbaharui jika keadaan
klien klien berubah.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Tahap demi tahap merupakan siklus dan saling bergantung. Diagnosis keperawatan tidak mungkin dapat dirumuskan jika data pengkajian belum ada. Proses keperawatan merupakan sarana / wahana kerja sama perawat dan klien. Umumnya, pada tahap awal peran perawat lebih besar dari peran klien, namun pada proses sampai akhir diharapkan sebaliknya peran klien lebih besar daripada perawat sehingga kemandirian klien dapat tercapai. Kemandirian klien merawat diri dapat pula digunakan sebagai kriteria kebutuhan terpenuhi dan / atau masalah teratasi.
Manfaat Proses Keperawatan Bagi
Perawat.
a. Peningkatan otonomi, percaya diri
dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Tersedia pola pikir/ kerja yang
logis, ilmiah, sistematis, dan terorganisasi.
c. Pendokumentasian dalam proses
keperawatan memperlihatkan bahwa perawat bertanggung jawab dan bertanggung
gugat.
d. Peningkatan kepuasan kerja.
e. Sarana/wahana desimasi IPTEK
keperawatan.
f. Pengembangan karier, melalui pola
pikir penelitian.
Bagi
Klien :
a.
Asuhan yang diterima bermutu dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.
b. Partisipasi meningkat dalam menuju perawatan mandiri (independen care).
c. Terhindar dari malpraktik.
Keperawatan Jiwa merupakan suatu bidang spesialisasi praktik
keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan
penggunaan diri sendiri secara terapeutik sebagai kiatnya. Praktik keperawatan
jiwa terjadi dalam konteks sosial dan lingkungan. Perawat jiwa menggunakan
pengetahuan dari ilmu-ilmu psikososial, biofisik, teori-teori kepribadian dan
perilaku manusia untuk menurunkan suatu kerangka kerja teoritik yang menjadi
landasan praktik keperawatan.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara
optimal dan selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan
diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, keharmonisan
fungsi jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan merasa
bahagia. Sehat secara utuh mencakup aspek fisik, mental, sosial, dan pribadi
yang dapat dijelaskan sebagi berikut.Kesehatan fisik, yaitu proses fungsi fisik
dan fungsi fisiologis, kepadanan, dan efisiensinya.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Indikator sehat fisik yang paling minimal adalah tidak ada disfungsi, dengan indikator lain (mis. tekanan darah, kadar kolesterol, denyut nadi dan jantung, dan kadar karbon monoksida) biasa digunakan untuk menilai berbagai derajat kesehatan.Kesehatan mental/psikologis/jiwa, yaitu secara primer tentang perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan seseorang, mencakup area seperti konsep diri tentang kemampuan seseorang, kebugaran dan energi, perasaan sejahtera, dan kemampuan pengendalian diri internal, indikator mengenai keadaan sehat mental/psikologis/jiwa yang minimal adalah tidak merasa tertekan/ depresi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian
integral dari kesehatan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, dan sosial individu secara optimal, dan selaras dengan perkembangan
dengan orang lain.
Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan sosial, yaitu aktivitas sosial seseorang. Kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas, berperan, dan belajar berbagai keterampilan untuk berfungsi secara adaptif di dalam masyarakat. Indikator mengenai status sehat sosial yang minimal adalah kemampuan untuk melaksanakan tugas dan keterampilan dasar yang sesuai dengan peran seseorang.
Kesehatan pribadi adalah suatu keadaan yang melampaui berfungsinya
secara efektif dan adekuat dari ketiga aspek tersebut di atas, menekankan pada
kemungkinan kemampuan, sumber daya, bakat dan talenta internal seseorang, yang
mungkin tidak dapat/ akan ditampilkan dalam suasana kehidupan sehari-hari yang
biasa.
Menurut pedoman asuhan keperawatan jiwa rumah sakit umum
atau pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) sehat pribadi berarti bahwa di
dalam diri seseorang terdapat potensi dan kemampuan untuk memenuhi dan
menyelesaikan dimensi lain dari dirinya, hal yang tidak bersifat instrumental,
dan yang memungkinkan perkembangan optimal seseorang. Indikator minimal dari
kesehatan pribadi adalah ada minat yang nyata terhadap aktivitas dan pengalaman
yang memungkinkan seseorang untuk menembus keadaan “status quo”.
Psikiatri dan kesehatan jiwa Indonesia menggunakan
pendekatan elektik-holistik yang melihat manusia dan perilakunya baik dalam
keadaan sehat maupun sakit, sebagai kesatuan yang utuh dari unsur-unsur
organo-biologis (bio-sistem), psiko edukatif/ psikodinamik (psiko-sistem), dan
sosio-kultural (sosio-sistem).
Pendekatan ini berarti bahwa kita harus dapat melihat
kondisi manusia dan perilakunya, baik dalam kondisi sehat maupun sakit, secara
terinci “detail” dalam ketiga aspek tersebut di atas (ekletik), tetapi menyadari
bahwa ketiga aspek tersebut saling berkaitan dan merupakan satu kesatuan yang
utuh sebagai satu sistem (holistik).
Jadi jelas dengan pendekatan ini kita memperhatikan faktor
psikologis dan sosial atau psikososial di samping faktor biologis di dalam melaksanakan
upaya kesehatan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah kesehaan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, saperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan bermacam gejala dan disebabkan berbagai hal. Kejadian masa lalu yang sama dengan kejadian saat ini, tetapi mungkin muncul gejala yang berbeda dan kontradiksi. Kemampuan mereka untuk berperan dalam menyelesaikan masalah juga bervariasi. Hubungan saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien gangguan jiwa. Hal ini penting karena peran perawat dalam asuhan keperawatan jiwa adalah membantu klien untuk dapat menyelesaikan masalah sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Klien mungkin menghindar atau menolak berperan serta dan perawat mungkin cenderung membiarkan, khususnya terhadap klien yang tidak menimbulkan keributan dan tidak membahayakan.
Hal itu harus dihindari karena :
- Belajar menyelesaikan masalah akan lebih efektif jika klien ikut berperan serta.
- Dengan menyertakan klien maka pemulihan kemampuan klien dalam
- mengendalikan kehidupannya lebih mungkin tercapai.
- Dengan berperan serta maka klien belajar bertanggung jawab terhadap pelakunya.
Peran dan
Fungsi Perawat Jiwa Defenisi dan Uraian Keperawatan Jiwa
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya
meningkatkan dan mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang
terintegrasi. Sistem pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga,
kelompok, organisasi atau komunitas. ANA mendefiniskan keperawatan kesehatan
jiwa sebagai Suatu bidang spesialisasi praktik keperawatan yang menerapkan
teori perilaku manusia sebagai ilmunya dan pengunaan diri yang bermanfaat
sebagai kiatnya. Praktik kontemporer keperawatan jiwa terjadi dalam konteks
sosial dan lingkungan.
Peran
keperawatan jiwa profesional berkembang secara kompleks dari elemen historis
aslinya. Peran tersebut kini mencakup dimensi kompetensi klinis, advokasi
pasien-keluarga, tanggung jawab fiskal, kolaborasi antardisiplin, akuntabilitas
sosial, dan parameter legal-etik.
Center
for Mental Health Services
secara resmi mengakui keperawatan kesehatan jiwa sebagai salah satu dari lima
inti disiplin kesehatan jiwa. Perawat jiwa menggunakan pengetahuan dari ilmu
psikososial, biofisik,, teori kepribadian, dan perilaku manusia untuk
mendapatkan suatu kerangka berpikir teoritis yang mendasari praktik
keperawatan.
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
Berikut ini adalah dua tingkat praktik keperawatan klinis kesehatan jiwa yang telah diidentifikasi.
1. Psychiatric-mental health registered nurse (RN)
adalah
perawat terdaftar berlisensi yang menunjukkan keterampilan klinis dalam
keperawatan kesehatan jiwa melebihi keterampilan perawat baru di lapangan.
Sertifikasi adalah proses formal untuk mengakui bidang keahlian klinis perawat.
2. Advanced practice registered nurse ini
psychiatric-mental health (APRN-PMH)
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
adalah perawat terdaftar berlisensi yang minimal berpendidikan tingkat master, memiliki pengetahuan mendalam tentang teori keperawatan jiwa, membimbing praktik klinis, dan memiliki kompetensi keterampilan keperawatan jiwa lanjutan. Perawat kesehatan jiwa pada praktik lanjutan dipersiapkan untuk memiliki gelar master dan doktor dalam bidang keperawatan atau bidang lain yang berhubungan.
3. Rentang Asuhan Tatanan Tradisional
Untuk
perawat jiwa meliputi fasilitas psikiatri, pusat kesehatan jiwa masyarakat,
unit psikitari di rumah sakit umum, fasilitas residential, dan praktik pribadi.
Namun, dengan adanya reformasi perawatan kesehatan, timbul suatu tatanan
alternatif sepanjang rentang asuhan bagi perawat jiwa.
Banyak
rumah sakit secara spesifik berubah bentuk menjadi sistem klinis terintegrasi
yang memberikan asuhan rawat inap, hospitalisasi parsial atau terapi harian,
perawatan residetial, perawatan di rumah, dan asuhan rawat jalan.
Tatanan
terapi di komunitas saat ini berkembang menjadi foster care atau group home,
hospice, lembaga kesehatan rumah, asosiasi perawat kunjungan, unit kedaruratan,
shelter, nursing home, klinik perawatan utama, sekolah, penjara, industri,
fasilitas managed care, dan organisasi pemeliharaan kesehatan.
Tiga
domain praktik keperawatan jiwa kontemporer meliputi :
(1)
Aktivitas asuhan langsung
(2)
Aktivitas komunikasi
(3)
Aktivitas penatalaksanaan
Fungsi penyuluhan, koordinasi, delegasi, dan kolaborasi pada peran perawat ditunjukkan dalam domain praktik yang tumpang tindih ini.Berbagai aktivitas perawat jiwa dalam tiap-tiap domain dijelaskan lebih lanjut. Aktivitas tersebut tetap mencerminkan sifat dan lingkup terbaru dari asuhan yang kompeten oleh perawat jiwa walaupun tidak semua perawat berperan serta pada semua aktivitas.
Selain itu, perawat jiwa mampu melakukan hal-hal berikut
ini:
- Membuat pengkajian kesehatan biopsikososial yang peka terhadap budaya.
- Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan untuk pasien dan keluarga yang mengalami masalah kesehatan kompleks dan kondisi yang dapat menimbulkan sakit.
- Berperan serta dalam aktivitas manajemen kasus, seperti mengorganisasi, mengakses, menegosiasi, mengordinasi, dan mengintegrasikan pelayanan perbaikan bagi individu dan keluarga.
- Memberikan pedoman perawatan kesehatan kepada individu, keluarga,dan kelompok untuk menggunakan sumber kesehatan jiwa yang tersedia di komunitas termasuk pemberian perawatan, lembaga,teknologi,dan sistem sosial yang paling tepat.
- Meningkatkan dan memelihara kesehatan jiwa serta mengatasi pengaruh gangguan jiwa melalui penyuluhan dan konseling.
- Memberikan asuhan kepada pasien penyakit fisik yang mengalami masalah psiokologis dan pasien gangguan jiwa yang mengalami masalah fisik.
- Mengelola dan mengordinasi sistem asuhan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga,staf, dan pembuat kebijakan.
1. 5
PRINSIP-PRINSIP KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
- Roles and functions of psychiatric nurse : competent care (Peran dan fungsi keperawatan jiwa : yang kompeten).
- Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan klien).
- Conceptual models of psychiatric nursing (konsep model keperawatan jiwa).
- Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam keperawatan jiwa).
- Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam keperawatan jiwa).
- Psychological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan psikologis dalam keperawatan jiwa).
- Sociocultural context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan sosial budaya dalam keperawatan jiwa).
- Environmental context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan lingkungan dalam keperawatan jiwa).
- Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam keperawatan jiwa).
- Implementing the nursing process : standards of care (penatalaksanaan proses keperawatan : dengan standar- standar perawatan).
- Actualizing the Psychiatric Nursing Role : Professional Performance Standards (aktualisasi peran keperawatan jiwa: melalui penampilan standar-standar professional)
1.6 PERKEMBANGAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
Menangani klien yang memiliki masalah sikap, perasaan dan konflik
↓
Pencegahan primer
↓
Penanganan
multidisiplin
↓
Spesialisasi
keperawatan jiwa
- DULU
Pasien Gangguan Jiwa dianggap sampah, memalukan dipasung - SEKARANG
- Meningkatkan Iptek
- Pengetahuan masyarakat tentang
gangguan jiwa meningkat
- Perlu pemahaman tentang human right
- Penting meningkatkan mutu pelayanan dan perlindungan
konsumen.
1.7 KONSEPTUAL MODEL KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
Tabel 1
Model
|
View of behavioral deviation
|
Therapeutic process
|
Roles of
a patient & therapist
|
||
Psychoanalytical
(freud, Erickson)
|
Ego tidak mampu mengontrol
ansietas, konflik tidak selesai
|
Asosiasi bebas & analisa mimpi
Transferen
untuk memperbaiki traumatic masa lalu
|
Klien: mengungkapkan semua pikiran
& mimpi
Terapist :
menginterpretasi pikiran dan mimpi pasien
|
||
Interpersonal
(Sullivan, peplau)
|
Ansietas timbul & dialami
secara interpersonal, basic fear is fear of rejection
|
Build feeling security
Trusting relationship &
interpersonal satisfaction
|
Patient: share anxieties
Therapist : use empathy &
relationship
|
||
Social(caplan,szasz)
|
Social & environmental factors
create stress, which cause anxiety &symptom
|
Environment manipulation &
social support
|
Pasien: menyampaikan masalah
menggunakan sumber yang ada di masyarakat
Terapist: menggali system social
klien
|
||
Existensial
(Ellis, Rogers)
|
Individu gagal menemukan dan
menerima diri sendiri
|
Experience in relationship,
conducted in group
Encouraged to accept self &
control behavior
|
Klien: berperan serta dalam
pengalaman yang berarti untuk mempelajari diri
Terapist:
memperluas kesadaran diri klien
|
||
Supportive Therapy
(Wermon,Rockland)
|
Faktor biopsikososial & respon
maladaptive saat ini
|
Menguatkan respon koping adaptif
|
Klien: terlibat dalam identifikasi
coping
Terapist: hubungan
yang hangta dan empatik
|
||
Medical
(Meyer,Kreaplin)
|
Combination from physiological, genetic,
environmental & social
|
Pemeriksaan diagnostic, terapi somatic,
farmakologik & teknik interpersonal
|
Klien:menjalaniprosedur
diagnostic & terapi jangka panjang
Terapist : Therapy, Repport
effects,Diagnoseillness, Therapeutic Approach
|
Berdasarkan konseptual model keperawatan diatas, maka dapat
dikelompokkan ke dalam 6 model yaitu:
1.
Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Model ini menjelaskan bahwa gangguan jiwa dapt terjadi pada
seseorang apabila ego(akal) tidak berfungsi dalam mengontrol id (kehendak nafsu
atau insting). Ketidakmampuan seseorang dalam menggunakan akalnya (ego) untuk
mematuhi tata tertib, peraturan, norma, agama(super ego/das uber ich), akan mendorong
terjadinya penyimpangan perilaku (deviation of Behavioral).
Faktor penyebab lain gangguan jiwa dalam teori ini adalah
adanya konflik intrapsikis terutama pada masa anak-anak. Misalnya ketidakpuasan
pada masa oral dimana anak tidak mendapatkan air susu secara sempurna, tidak
adanya stimulus untuk belajar berkata- kata, dilarang dengan kekerasan untuk
memasukkan benda pada mulutnya pada fase oral dan sebagainya. Hal ini akan
menyebabkan traumatic yang membekas pada masa dewasa.
Proses terapi pada model ini adalah
menggunakan metode asosiasi bebas dan analisa mimpi, transferen untuk
memperbaiki traumatic masa lalu. Misalnya klien dibuat dalam keadaan ngantuk
yang sangat. Dalam keadaan tidak berdaya pengalaman alam bawah sadarnya digali
dengamn pertanyaan-pertanyaan untuk menggali traumatic masa lalu. Hal ini lebih
dikenal dengan metode hypnotic yang memerlukan keahlian dan latihan yang
khusus.
Dengan cara demikian, klien akan
mengungkapkan semua pikiran dan mimpinya, sedangkan therapist berupaya untuk menginterpretasi
pikiran dan mimpi pasien.
Peran perawat adalah berupaya
melakukan assessment atau pengkajian mengenai keadaan-keadaan traumatic atau
stressor yang dianggap bermakna pada masa lalu misalnya ( pernah disiksa orang
tua, pernah disodomi, diperlakukan secar kasar, diterlantarkan, diasuh dengan
kekerasan, diperkosa pada masa anak), dengan menggunakan pendekatan komunikasi
terapeutik setelah terjalin trust (saling percaya).
2.
Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bias
muncul akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan kecemasan (Anxiety).
Ansietas timbul dan alami seseorang akibat adanya konflik saat berhubungan
dengan orang lain (interpersonal). Menurut konsep ini perasaan takut
seseorang didasari adnya ketakutan ditolak atau tidak diterima oleh orang
sekitarnya.
Proses terapi menurut konsep ini adalh Build Feeling
Security (berupaya membangun rasa aman pada klien), Trusting
Relationship and interpersonal Satisfaction (menjalin hubungan yang saling
percaya) dan membina kepuasan dalam bergaul dengan orang lain sehingga klien
merasa berharga dan dihormati.
Peran perawat dalam terapi adalah share anxieties
(berupaya melakukan sharing mengenai apa-apa yang dirasakan klien, apa yang
biasa dicemaskan oleh klien saat berhubungan dengan orang lain), therapist
use empathy and relationship ( perawat berupaya bersikap empati dan turut
merasakan apa-apa yang dirasakan oleh klien). Perawat memberiakan respon verbal
yang mendorong rasa aman klien dalam berhubungan dengan orang lain.
3. Social ( Caplan, Szasz)
Menurut konsep ini seseorang akan mengalami gangguan jiwa
atau penyimpangan perilaku apabila banyaknya factor social dan factor
lingkungan yang akan memicu munculnya stress pada seseorang ( social and
environmental factors create stress, which cause anxiety and symptom).
Prinsip proses terapi yang sangat penting dalam konsep model
ini adalah environment manipulation and social support ( pentingnya modifikasi
lingkungan dan adanya dukungan sosial)
Peran perawat dalam memberikan terapi menurut model ini
adalah pasien harus menyampaikan masalah menggunakan sumber yang ada di
masyarakat melibatkan teman sejawat, atasan, keluarga atau suami-istri.
Sedangkan therapist berupaya : menggali system sosial klien seperti suasana
dirumah, di kantor, di sekolah, di masyarakat atau tempat kerja.
4. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau
gangguan jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Membenci diri sendiri
dan mengalami gangguan dalam Bodi-image-nya
Prinsip dalam proses terapinya adalah : mengupayakan
individu agar berpengalaman bergaul dengan orang lain, memahami riwayat hidup
orang lain yang dianggap sukses atau dapat dianggap sebagai panutan(experience
in relationship), memperluas kesadaran diri dengan cara introspeksi (self
assessment), bergaul dengan kelompok sosial dan kemanusiaan (conducted in
group), mendorong untuk menerima jatidirinya sendiri dan menerima kritik atau
feedback tentang perilakunya dari orang lain (encouraged to accept self and
control behavior).
Prinsip keperawatannya adalah : klien dianjurkan untuk
berperan serta dalam memperoleh pengalaman yang berarti untuk memperlajari dirinya
dan mendapatkan feed back dari orang lain, misalnya melalui terapi aktivitas
kelompok. Terapist berupaya untuk memperluas kesadaran diri klien melalui feed
back, kritik, saran atau reward & punishment.
5. Supportive Therapy ( Wermon,
Rockland)
Penyebab gangguan jiwa dalam konsep ini adalah: factor
biopsikososial dan respo maladaptive saat ini. Aspek biologisnya menjadi
masalah seperti: sering sakit maag, migraine, batuk-batuk. Aspek psikologisnya
mengalami banyak keluhan seperti : mudah cemas, kurang percaya diri, perasaan
bersalah, ragu-ragu, pemarah. Aspek sosialnya memiliki masalah seperti : susah
bergaul, menarik diri,tidak disukai, bermusuhan, tidak mampu mendapatkan
pekerjaan, dan sebagainya. Semua hal tersebut terakumulasi menjadi penyebab gangguan
jiwa. Fenomena tersebut muncul akibat ketidakmamupan dalam beradaptasi pada
masalah-masalah yang muncul saat ini dan tidak ada kaitannya dengan masa lalu.
Prinsip proses terapinya adalah menguatkan respon copinh
adaptif, individu diupayakan mengenal telebih dahulu kekuatan-kekuatan apa yang
ada pada dirinya; kekuatan mana yang dapat dipakai alternative pemecahan
masalahnya.
Perawat harus membantu individu dalam melakukan identifikasi
coping yang dimiliki dan yang biasa digunakan klien. Terapist berupaya menjalin
hubungan yang hangat dan empatik dengan klien untuk menyiapkan coping klien
yang adaptif.
6. Medica ( Meyer, Kraeplin)
Menurut konsep ini gangguan jiwa cenderung muncul akibat
multifactor yang kompleks meliputi: aspek fisik, genetic, lingkungan dan factor
sosial. Sehingga focus penatalaksanaannya harus lengkap melalui pemeriksaan
diagnostic, terapi somatic, farmakologik dan teknik interpersonal. Perawat
berperan dalam berkolaborasi dengan tim medis dalam melakukan prosedur
diagnostic dan terapi jangka panjang, therapist berperan dalam pemberian
terapi, laporan mengenai dampak terapi, menentukan diagnose, dan menentukan
jenis pendekatan terapi yang digunakan.
1.8
PERAN PERAWAT KESEHATAN JIWA
- Pengkajian yg mempertimbangkan budaya
- Merancang dan mengimplementasikan rencana tindakan
- Berperan serta dlm pengelolaan kasus
- Meningkatkan dan memelihara kesehatan mental, mengatasi pengaruh penyakit mental - penyuluhan dan konseling
- Mengelola dan mengkoordinasikan sistem pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan pasien, keluarga staf dan pembuat kebijakan
- Memberikan pedoman pelayana kesehatan.
1.9
ASUHAN YANG KOMPETEN BAGI PERAWAT JIWA ( COMPETENT OF CARING )
·
Pengkajian
biopsikososial yang peka terhadap budaya.
·
Merancang dan implementasi rencana
tindakan untuk klien dan keluarga.
·
Peran serta dalam pengelolaan kasus:
mengorganisasikan, mengkaji, negosiasi, koordinasi pelayanan bagi individu dan
keluarga.
·
Memberikan pedoman pelayanan bagi
individu, keluarga, kelompok, untuk menggunakan sumber yang tersedia di
komunitas kesehatan mental, termasuk pelayanan terkait, teknologi dan sistem
sosial yang paling tepat.
·
Meningkatkan dan memelihara
kesehatanmental serta mengatasi pengaruh penyakit mental melalui penyuluhan dan
konseling.
·
Memberikan askep pada penyakit fisik
yang mengalami masalah psikologis dan penyakit jiwa dengan masalah fisik.
·
Mengelola dan mengkoordinasi sistem
pelayanan yang mengintegrasikan kebutuhan klien, keluarga, staf, dan pembuat
kebijakan.
Daftar Pustaka
Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena.
2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2. Jakarta: EGC.
Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan
Jiwa. Jakarta : EGC.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
Yosep,Iyus.2007. Keperawatan Jiwa.
Jakarta: PT. Refika Aditama.
0 Komentar untuk "metode pendekatan keperawatan jiwa"